Pendekatan Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) pada budidaya
jagung meliputi penggunaan varietas unggul baru (VUB), pemilihan benih bermutu,
penyiapan lahan dan tanaman, serta pemupukan. Penggunaan varietas unggul baru
mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Pemilihan varietas
disesuaikan dengan deskripsi varietas (potensi hasil), umur tanaman, warna
biji, kondisi setempat (tanah dan sumber daya lainnya), keinginan petani, dan
permintaan pasar. Benih yang bermutu mempunyai daya tumbuh > 95% dan dapat
memenuhi populasi 66.000-80.000 tanaman/ha. Benih tumbuh serentak 4-5 hari
setelah tanam (HST) pada lingkungan yang normal. Perlakuan benih dengan bahan
aktif kimia anjuran (metalaksil, dimethomorp, fenamidan + propamokarb
hidroklori) diperlukan untuk mencegah penularan penyakit bulai. Dalam budidaya
jagung tidak dianjurkan menyulam karena pengisian biji dari tanaman sulaman
tidak optimal.
Pada lahan kering, penyiapan lahan meliputi olah tanah
sempurna (OTS). Tanah diolah dengan bajak, ditarik traktor atau sapi, atau
dapat digunakan cangkul, kemudian digaru dan disisir hingga rata. Pada lahan
sawah, tanpa dilakukan olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum (OTM).
Penanaman pada lahan TOT dilakukan langsung dengan cara dicangkul/ koak untuk
tempat benih sesuai dengan jarak tanam, kemudian diberi pupuk kandang/kompos
1-2 genggam (± 50 gr) tiap cangkulan/koakan. Penanaman pada lahan OTS dilakukan
dengan cara ditugal untuk membuat lubang tanam benih sesuai dengan jarak tanam,
kemudian diberikan pupuk kandang/kompos 1-2 genggam (± 50 gr). Pemberian pupuk
kandang pada saat tanam merupakan penutup benih.
Populasi tanaman optimal ditentukan oleh jarak tanam dan
mutu benih yang digunakan. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 70-75 x 20 cm (1
biji per lubang; 70-75 x 40 cm (2 biji per lubang); legowo: (80-100) x 40 x 20
cm (1 biji per lubang). Penggunaan jarak tanam tersebut dapat memenuhi populasi
66.000-80.000 tanaman/ha. Pemberian pupuk berbeda antarlokasi, pola tanam,
jenis jagung yang digunakan hibrida atau komposit, dan pengelolaan tanaman.
Rekomendasi pemupukan: Phonska 250-300 kg/ha dan urea 300-450 kg/ha.
Di samping komponen teknologi tersebut di atas, komponen
teknologi lain yang perlu diperhatikan juga adalah pembuatan saluran drainase
atau saluran irigasi, pembumbunan, pengendalian gulma dan organisme pengganggu
tanaman, dan panen tepat waktu yaitu klobot tongkol telah mengering atau
berwarna coklat, biji telah mengeras, dan terbentuk lapisan hitam (black
layer) minimal 50% pada setiap baris biji.
Source:
http://yogya.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=895:budidaya-jagung-dengan-pendekatan-pengelolaan-tanaman-terpadu&catid=14:alsin
(diakses 5 November 2015)
(Mohammad Tabi’in
Ma’ruf/13576)